Berita  

PTM Di Kutim Sudah Dimulai Sejak 20 September – Ilham : Bagi Sekolah Yang Siap

SANGATTA- Meski informasi kepada media soal Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas baru dikabarkan dua hari lalu oleh jajaran Dinas Pendidikan Kutai Timur (Disdik Kutim), namun sejatinya aktivitas belajar dikelas sudah dilaksanakan sejak 20 September 2021. Khususnya bagi sekolah se-Kutim yang memang sudah siap. Mulai dari menyiapkan fasilitas protokol kesehatan, hingga syarat lainnya.

“Sesuai dengan kebijakan Pemkab Kutim bersama Satuan Tugas COVID-19. PTM Terbatas tersebut diawali oleh beberapa sekolah yang memang sudah siap. Seperti di Kecamatan Muara Ancalong, Karangan dan lainnya,” jelas Kepala Bidang Pendidikan Menengah Pertama Ilham mewakili Kadisdik Kutim.

Menurut Ilham sekolah-sekolah yang telah melaksanakan PTM terbatas itu, sebelumnya telah menyiapkan SOP (Standard Operating Procedure) dan menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) secara ketat dimasing-masing sekolah. SOP itu, mulai anak berangkat dari rumah, dijalan, masuk kelas hingga pulang sekolah. Selain menyiapkan SOP, tenaga pendidik sudah divaksin, minimal 70 persen.

“Di Kutim sudah hampir 100 persen tenaga pendidik telah vaksin,” ungkap Ilham, ditemui diruangan ya, Kamis (30/9/2021).

Lebih jauh Ilham menjelaskan, sekolah yang melaksanakan PTM terbatas, sebelumnya telah mengajukan surat izin kepada Disdik melalui UPT Pendidikan dimasing-masing Kecamatan. Kemudian, Satgas COVID-19 Kecamatan turun ke sekolah melakukan peninjauan kesiapan sekolah. Memastikan protokol kesehatan disekolah itu. Sekolah-sekolah sebelumnya juga telah disemprot disinfektan, pembersihan lingkungan sekolah, di dalam maupun diluar.

“Untuk teknis belajar di dalam ruangan, jumlah siswa dibatasi. Yaitu 50 persen dari kapasitas ruangan kelas. Misalnya dalam satu rombongan belajar (rombel) berjumlah 32 orang, maka akan dibagi dalam dua sesi. Yakni, sesi pertama 16 siswa saja. Kemudian sisanya pada sesi berikutnya,” beber Ilham.

Sementara untuk sekolah yang kecil, khusisnya yang jumlah muridnya hanya 15 orang tidak perlu dibagi dua. Karena kapasitas ruangan mencukupi, dengan ketentuan jarak 1 sampai 1,5 meter. Berikutnya PTM dilaksanakan tiga kali dalam seminggu dan mata pelajaran (mapel) dalam sehari hanya dua jam. Dengan menerapkan kurikulum darurat. Jika biasanya satu jam pelajaran berdurasi 60 menit, maka untuk PTM terbatas dipangkas jadi 45 menit. Maksudnya, satu jam mapel hanya 45 menit. Kalau dua mapel berarti 90 menit. Sedangkan untuk mapel lainnya akan di rolling, semua akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan PTM.

“Jadi selama PTM terbatas ini, tidak ada waktu istirahat, tidak ada kantin dan tidak ada praktik seperti olahraga dan lainnya. Jadi selesai belajar langsung diarahkan pulang,” tutur Ilham.

Terkait persetujuan orang tua, Ilham mengakui hampir semuanya menyetujui dan menandatangani surat pernyataan setuju. Hanya 10 persen yang tidak mengizinkan anaknya mengikuti PTM. Kemudian, untuk anak yang orang tua tidak setuju mengikuti PTM, guru tetap memberikan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring (dalam jaringan) kepada murid-muridnya.

“Kita memberlakukan dua metode belajar, online dan offline selama PTM. Begitu juga dengan guru yang tidak bisa vaksin karena penyakit dan alasannya lain, mereka tetap mengajar melalui daring,” ucapnya.

Untuk mencegah terjadinya cluster PTM disekolah, Ilham mengatakan bahwa tiap sekolah ada tim Satgas COVID-19 yang bertugas memastikan pelaksanaan protokol kesehatan. Jadi, apabila ada anak yang suhunya tinggi langsung diinformasikan kepada orang tua untuk menjemput di sekolah atau berkoordinasi dengan Puskesmas terdekat. (etam2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *