Berita  

Cegah Stunting, Kapasitas Pengelola PRO PN 1000 HPK di Tingkatkan

SANGATTA – Dalam upaya meningkatkan kemampuan pengelola program dan pengelola kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) di masing-masing wilayah serta meningkatkan peran BKB dalam mendukung percepatan penurunan stunting, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar Kegiatan peningkatan kapasitas pengelola Proyek Prioritas Nasional (PRO PN).

Kegiatan dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 29 hingga 31 Mei 2022 di Hotel Aston Samarinda dan dibuka oleh Kepala Perwakilan BKKBN Kaltim.

Dalam kegiatan ini Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengutus lima orang yakni Yuliana kalalembang dan Sulawaty dari DPPKB Kutim, Hotria dari PLKB Busang, Wita dari PLKB Sangkulirang dan Silvi Ketua BKB.

Dikesempatan itu, Yuliana Kalalembang yang juga sebagai Kabid Ketahanan DPPKB Kutim mengatakan program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sangat penting untuk dipahami oleh semua orang, karna di masa inilah kualitas sumber daya manusia mulai di cetak. 1000 HPK dimulai sejak konsepsi 270 hari di kandungan dan dilanjutkan dengan 730 hari setelah lahir (usia 2 tahun).

“Kekurangan asupan nutrisi pada periode ini akan membawa dampak buruk pada kualitas hidup seseorang. Pada masa balita akan terjadi stunting, pada masa dewasa kualitas kerja menurun dan pada masa tua rentan terhadap penyakit tidak menular dan lain sebagainya,” beber Yuliana.

Dirinya meyakini kegiatan peningkatan kapasitas pengelola Proyek PRO PN seperti ini sangat penting dalam rangka meningkatkan kapasitas dan motivasi para petugas dalam mengemban tugas.

Cegah Stunting, Kapasitas Pengelola PRO PN 1000 HPK di Tingkatkan

Bukan hanya DPPKB saja yang merasakan manfaat kegiatan ini, sambung Yuliana, tapi Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) maupun kader Bina Keluarga Balita (BKB) pun merasakan manfaatnya guna pelaksanaan kegiatan di lapangan.

“Khususnya dalam berkomitmen untuk bahu membahu dan bersinergi dalam peningkatan cakupan program maupun pelaporan melalui new siga,” kata ia.

Namun Yuliana menambahkan, beberapa kendala terkait new siga di Kutim adalah kurangnya tenaga terlatih new siga terutama kader Kelompok Kegiatan (Poktan), sehingga mereka tidak atau belum menginput data laporan setelah berkegiatan. Untuk di Kecamatan yang jauh, kendala yang dihadapi adalah terbatasnya sarana kerja termasuk jaringan internet.

Dalam kegiatan ini materi yang disajikan untuk menambah kapasitas dan pengetahuan para peserta adalah Definis dan pengetahuan dasar terkait stunting, Pemenuhan gizi dimasa 1000 HPK, Pengasuhan yang baik dalam mendukung perkembangan optimal dimasa 1000 HPK, Juknis DAK penugasan stunting dan DAK BOKB 2022 serta media dan pelaporan kelompok BKB lokus stunting. (G-S02).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *