BERITA ETAM, SANGATTA – Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Kutai Timur Kutim (Kutim), dr Setiadi Halim menyebut, penggunaan alat kontrasepsi-KB (Keluarga Berencana) berperan penting dalam pencegahan stunting. Sebab, faktor tingginya stunting, salah satunya karena jarak antar kehamilan yang terlalu dekat, sehingga KB menjadi solusi tepat untuk pencegahan stunting.
“Melalui KB, keluarga bisa mengatur jarak kehamilan demi terwujudnya keluarga yang berkualitas,” jelas Setiadi, pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke 29 tahun 2022, yang dibuka Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, di Ruang Meranti, Kantor Bupati, Rabu (15/6/2022).
Maka untuk mendukung pencegahan stunting di Kabupaten Kutim, peringatan Hari Harganas ke 29 tahun 2022, dimanfaatkan DPPKB Kutim untuk melaksanakan pelayanan KB gratis serentak sejuta akseptor.
Tujuan pelayanan KB gratis serentak, sambung Setiadi adalah untuk meningkatkan akses pelayanan KB yang berkualitas bagi pasangan usia subur. Kemudian meningkatkan komitmen pemerintah atau pemerintah daerah serta mitra kerja program KB dan tercapainya kinerja dalam upaya meningkatkan pesertaan ber-KB.
“Meningkatkan pesertaan KB baru serta menjaga keberlangsungan pemakaian kontrasepsi baik Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) maupun non MKJP,” urainya.
Lebih jauh ia menambahkan, program pelayanan sejuta akseptor adalah kegiatan tahunan yang sudah digelar sejak tahun 2020.
“Penyelenggaraan pelayanan KB serentak sejuta akseptor dalam rangka Harganas merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Pada tahun 2021 dan 2022, DPPKB Kutim telah memberikan pelayanan KB gratis dan bisa memenuhi target yang ditentukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Adapun target Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2022 ini sejumlah 2.895 akseptor.
Ditempat yang sama, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman mengatakan, Kabupaten Kutim termasuk salah satu daerah yang menjadi perhatian nasional terkait stunting. Untuk mencegah stunting, pemerintah pusat telah mencanangkan 1 juta akseptor di Indonesia dan Kutim sendiri menargetkan sebanyak 2.895 akseptor.
“Namun bukan hanya ini (akseptor), semua aspek didalam kesehatan keluarga menjadi daya dukung untuk menghindari stunting,” ujarnya.
Selain itu, daya dukung kesehatan keluarga juga berpengaruh dari sisi menu makanan, lingkungan hidup yang sehat dan sejahtera. Serta usia saat mengandung juga berpengaruh.
“Kepada semua pihak yang terlibat dalam upaya mencegah stunting agar terus bergerak. Melalui kerjasama semua pihak, saya yakin penurunan angka stunting di Kutim bisa tercapai,” tutup orang nomor satu Kutim ini. (etm1/etm2/adv)