Berita  

Tingkatkan Caregiver Informal Untuk Kemandirian Lansia, 21 Puskesmas Kutim Ikuti Orientasi PJP

SANGATTA – Sebanyak 21 perwakilan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengikuti orientasi yang digelar oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur di Hotel Victoria Sangatta, Kamis (30/6/2022).

Orientasi tersebut ditujukan bagi tenaga kesehatan Kutim berkaitan dengan Penggunaan Panduan Praktis untuk Caregiver (perawat) Informal pada Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut Usia.

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Prov Kaltim, Nur Hasanah mengatakan bahwa orientasi ini dilatarbelakangi dengan rencana strategis pelayanan kesehatan bagi lansia.

“Kita mempunyai Renstra, salah satu diantaranya adalah ada beberapa indikator komposit yang harus dipenuhi oleh kabupaten/kota,” ujarnya saat ditemui sela kegiatan orinetasi.

Nama Renstranya adalah pelayanan kabupaten/kota yang telah melaksanakan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia. Sebenarnya ada beberapa dasar selain renstra dimana pelayanan kesehatan lansia itu merupakan bagian dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang wajib dilakukan oleh kader di kabupaten/kota dalam hal ini Kutai Timur.

Sementara, caregiver informal merupakan salah satu bentuk perawatan jangka panjang terhadap lansia yang dilakukan oleh kader. Khususnya bagi lansia yang memiliki disabilitas.

“Mereka itu (caregiver) salah satu kegiatannya adalah harus melakukan kegiatan perawatan jangka panjang. Sasaran yang menjadi caregiver informal itu adalah kader dengan bertugas untuk melakukan pendampingan bagi lansia,” ucapnya.

Sebenarnya lansia yang mempunyai disabilitas itu bisa dilihat secara kasat mata. Puskesmas menggolongkan menjadi tiga golongan lansia, yakni yang mandiri, lansia yang mempunyai tingkat ketergantungan ringan, sedang, berat dan ketergantungan total.

Kemudian Perawatan Jangka Panjang yang dilakukan oleh caregiver informal ini diarahkan untuk melakukan pendampingan bagi lansia yang mempunyai tingkat ketergantungan ringan, sedang, berat, dan total.

Hal tersebut diterapkan dengan harapan kader caregiver informal bisa membantu para lansia untuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan tingkat disabilitas.

“Yang tadinya berat menjadi sedang, yang sedang menjadi ringan, yang ringan dia bisa menjadi Mandiri, tanpa bantuan orang lain. Jadi tujuannya seperti itu,” ujarnya.

Setelat orientasi, tindaklanjut dari tenaga kesehatan Puskesmas di Kutim tersebut adalah melakukan orientasi serupa kepada kader-kader informal yang sasarannya adalah desa atau kelurahan masing-masing. Peranan caregiver informal harus berbasis komunitas dengan melibatkan masyarakat di Kabupaten Kutai Timur sebagai salah satu upaya intervensi tenaga kesehatan Puskesmas. (G-S13).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *