BERITA ETAM, SANGATTA – Persiapan menjelang puncak Kharisma Event Nusantara (KEN) Lomplai 2023 yang rencananya berlangsung di Desa Nehas Liah Bing Kecamatan Muara Wahau pada 29 April hingga 2 Mei 2023 terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) melalui Dinas Pariwisata bersama Perangkat Daerah (PD) terkait, menngelar rapat pemantapan. Hal ini, guna mendukung kegiatan tersebut.
Rapat ini dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Kutai Timur (Kutim) H Nurullah, didampingi Sekretaris Tirah Satriani. Turut hadir Kepala Dinas PMDPTSP Teguh Budi Santoso, perwakilan Dinas Perhubungan, perwakilan Dinas Koperasi UKM, perwakilan Dinas Kominfo Staper, perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan stakeholder lainnya, di Ruang Rapat Dishub Kutim, Senin (14/4/2023).
Diawal pengantar rapat Sekretaris Dispar Tirah Satriani menyampaikan Lomplai 2023 ini merupakan salah satu event nasional yang masuk dalam Karisma Event Nusantara.
“Ini pertama kalinya Lomplai masuk dalam event Nasional, meskipun Lomplai ini sudah sering dilaksanakan oleh adat di Muara Wahau,” ujar Tirah.
Terkait hal tersebut, sambung Tirah, Dispar tidak bisa melaksanakan sendirian, namun harus bekerjasama dengan Perangkat Daerah terkait.
“Harapannya dengan bekerjasama, kegiatan (Lomplai) ini bisa berjalan dengan baik dan semoga tahun depan kembali masuk dalam Karisma Event Nusantara lagi,” tuturnya.
Sementara itu saat memimpin rapat, Kadis Pariwisata Kutim H Nurullah menyampaikan visi dari event ini adalah untuk melestarikan kearifan lokal Dayak Wehea, sedangkan misinya adalah agar terpelihara dan terjaganya serta memperkenalkan kearifan lokal Dayak Wehea kepada publik.
Adapun tujuannya, sambung Nurullah, menjadikannya sebagai potensi wisata budaya dan mendukung program pemerintah dalam upaya melestarikan dan mengembangkan potensi wisata budaya secara Nasional.
“Selain itu memberikan kepada generasi penerus Dayak Wehea akan pentingnya melestarikan kearifan lokal sebagai sebuah identitas,” imbuhnya.
Adapun keunikan Lomplai ini, sambung Nurullah, kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun, kearifan lokal yang turun temurun dan perpaduan ritual, keyakinan dan seni tari, seperti tari Hudoq dan tarian massal tum’bam’ Batman dan lainya.
“Dampak Sosial dan Budaya dari penyelenggaraan event ini agar terciptanya rasa dan semangat kegotongroyongan masyarakat serta terciptanya rasa kecintaan kaum muda pada kearifan lokal,” kata ia.
Sementara itu dampak ekonominya, kata ia, adanya peningkatan perputaran keuangan selama event dapat memberikan keuntungan bagi para pedagang lokal dan kesempatan bagi UMKM memasarkan produk kerajinan tangannya kepada pengunjung.
“Dampak lingkungannya, Lomplai ini mengajarkan bahwa lingkungan dan hutan merupakan lumbung pangan bagi kehidupan semua makhluk,” ujarnya.
Dalam event ini terdapat 11 rangkaian kegiatan, yakni ritual Nyesek E’gung, ritual La’q Pes’yai, ritual Na’q Pes’yai Duq’min, ritual Na’q Pes’yai Wet’min, ritual Na’q Unding Pang’pea, ritual En’die M’na’n, ritual Na’q Jengea, ritual Em’bob Jengea, ritual Ngel’dung, ritual Em’bos Jika dan ritual Em’bos Epaq Pla’I.
“Ke 11 kegiatan ritual tersebut merupakan rangkaian dalam pelaksanaan ritual Lomplai yang puncak kegiatannya disebut Embob Jengea,” pungkas Nurullah. (*/etm1)