BERITA ETAM, SANGATTA – Dalam rangka meningkatkan efektfitas kebijakan pemerintah di bidang pendidikan khususnya dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran demi terwujudnya anak Indonesia Sehat, Cerdas dan Berkarakter, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar (SD) dan Pendidikan Menengah (SMP) bersama Komisi X DPR-RI menggelar Workshop Pendidikan dengan tema “Sekolahb Sehat untuk Anak Indonesia Sehat, Cerdas, dan Berkarakter”.
Acara yang diikuti rautsan peserta yang terdiri tenaga pendidik, seperti Kepala Sekolah, Perwakilan Guru PAUD, SD dan SMP di Sangatta Utara dan Sangatta Selatan, dibuka resmi oleh Wakil Ketua Komisi X DPR-RI Hetifah Jaifudian, di Hotel Kutai Permai, di Jalan Yos Sudarso I Sangatta, Sabtu (14/05/2023).
Hadir dalam acara ini, Jumeri dari Direktorat Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Balai Mutu Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi Kaltim, Widya Prada Ahli, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutim Mulyono dan undangan lainnya. Adapun narasumber dalam workshop kali ini, dari Direktorat Dikdas Kemendikbud, Guru Inovasi Pembelajaran Tingkat Nasional/SD YPPSB 3 Sangatta dan Dosen STAIS Sangatta Kabupaten Kutim.
Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian yang menjadi Keynote Speaker (Pembicara Utama) mengatakan, Sekolah Sehat sebagai salah satu Indikator Sustainable Development Goals (SDGs) yakni, Indonesia bertekad untuk memenuhi target tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) pada tahun 2030, salah satu SDG 4 (pendidikan). Berikutnya, untuk mencapai sekolah sehat, tentu salah satu indicator yang diperhatikan adalah sanitasi.
“Oleh karena itu, dalam poin 4.A SDGs, Indonesia berjanji untuk menigkatkan, fasilitas pendidikan yang ramah dan aman untuk anak, diantaranya air minum layak, fasilitas sanitasi dasar per jenis kelami, fasilitas cuci tangan,” ungkap Anggota DPR RI daerah pemilihan (Dapil) Provinsi Kaltim, yang telah menjabat selama tiga periode ini.
Lebih lanjut, Hetifah menambahkan, meskipun menjadi salah satu indicator SDG, kondisi sanitasi pendidikan Indonesia masih jauh dari cukup. Ia memaparkan, 1 dari 5 sekolah tidak memiliki akses air yang layak, 73 persen sekolah tidak memiliki akses sanitasi yang layak, 3 dari 5 sekolah tidak memiliki akses kebersihan layak, 1 dari 3 sekolah tidak memiliki jamban/toilet yang terpisah (jenis kelamain). Kemudian, 43,5 juta peserta didik pada 356,388 dan sekolah tidak memiliki akses kombinasi air, sanitasi dan kebersihan.
“Rata-rata sekolah di Kaltim telah memiliki akses air yang mencukupi. Namun, sanitasi serta kebersihan tergolong rendah dan memerlukan perhatian bersama,” tutur Hetifah yang juga Wakil Ketua UMUM DPP Partai Golkar ini.
Berdasarkan, profil sanitasi sekolah Kemendikbud 2020, sambung Hetifah, Sekolah Sehat dan hubungannya dengan kualitas pembelajaran, yakni pertama menjaga kesehatan. Pelaksanaan program sanitasi sekolah yang berkualitas mampu mencegah penyebaran penyakit. Mencuci tangan pakaib sabun dapat menurunkan resiko terkena penyakit diare sebesar 30 persen.
Kedua, meningkatkan partisipasi pendidikan. Air, sanitasi dan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti cuci tangan pakai sabun dapat menurunkan angka ketidakhadiran secara signifikan hingga 21-54 persen. Mengkonsumsi air minum di sekolah juga dapat meningkatkan konsentrasi dalam penyerapan pelajaran di sekolah.
Ketiga, mendorong kesetaraan jender. Anak perempuan sangat rentan untuk tidak melanjutkan sekolah (putus sekolah) terutama mereka enggan bersekolah ketika tidak tersedia sarana jamban dan air bersih yang layak, bersih, nyaman dan aman.
“Secara umum sebagai Wakil Ketua Komisi X DPR RI yang juga bermitra dengan Kemendikbudristek, kami menjalankan berbagai fungsi yang mendukung peningkatan sekolah sehat di Kaltim, mulai dari pengawasan, anggaran dan legeslasi. Selain itu, kami juga menyalurkan berbagai program asiprasi (Hetifah) untuk membantu secara langsung sekolah, guru, murid di Kaltim,” ucap perempuan satu-satunya dari 8 Anggota DPRD RI Dapil Kaltim ini. (etm2)