BERITA ETAM, SANGATTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa prediksi kemarau akan berlansung setidaknya hingga akhir bulan September. Puncak kemarau terjadi pada pertengahan Agustus hingga September 2023. Hal ini terjadi sebagai efek dari fenomena El Nino.
Musim kemarau kering juga diprediksi akan meningkatkan ancaman terjadinya kebakaran hutan dan lahan di beberapa wilayah Indonesia. (Dikutip Kompastv, belum lama ini).
Menanggapi fenomena El Nino ini, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melalui Sekretaris Indra Arie Iranday meminta warga maupun perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah Kutim, dalam melakukan pembukaan lahan tidak dengan pembakaran.
“Karena efeknya tidak di lingkungan saja, tetapi bagi masyarakat di sekitarnya,” tegas Arie (sapaan akrabnya), ditemui di sela-sela perlombaan 17 Agustus, oleh BPBD, Senin (14/08/202) kemarin.
Sementara itu, Budianto salah satu penyuluh dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim, yang sering mendampingi para petani di Kelurahan Teluk Lingga, Kecamatan Sangatta Utara ini menuturkan, dampak El Nino cukup berpengaruh terhadap tanaman hortikultura, yang memang membutuhkan banyak penyerapan air.
“Walau di Kaltim ini ada hujan, tapi cuacanya sangat kering. Sehingga pengairan pertanian juga mulai dangkal, jika tanaman disiram pagi dan sore, tapi penguapan cepat terjadi, karena cuaca yang memang sangat panas akhir-akhirnya,” ungkap Budi, dihubungi via telpon, Selasa (15/08/2023).
Sehingga, untuk menanggulangi hal ini, Budianto memberikan saran kepada para petani untuk membuat sumur, sebagai cadangan air untuk penyiraman tanaman. Di samping itu, bagi petani yang dekat dengan pengairan, bisa menggunakan pompanisasi
“Seperti para petani yang di Jalan Simono, di sana ada pengairan, tapi tidak sampai ke belakang, untuk itu perlu pompanisasi. Dan penggunaan mulsa, untuk menjaga kelembaban tanah,” saran Budi.(etm2)