BERITA ETAM, SAMARINDA – Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda, Abdul Rohim akui sempat yakin dengan optimisme Wali Kota Samarinda terkait pembangunan Pasar Pagi selama satu tahun.
“Tapi optimisme dari pak wali kota dengan seluruh jajaran itu sempat meyakinkan kami bahwa Pasar Pagi ini bisa diselesaikan dalam waktu satu tahun,” kata Rohim, Rabu (14/2/2024).
Namun, belakangan ini pihaknya baru menelaah, dan mempertanyakan mengapa proyek ini mesti diselesaikan dalam waktu setahun saja.
“Karena seperti yang sudah disampaikan kepada dinas kemarin, bahwa seluruh komponen sebetulnya mendukung revitalisasi, termasuk DPRD, buktinya sudah ketuk palu kan,” terangnya.
Berdasarkan hasil telaah dan diskusi dari Komisi II, bahwa kemampuan bertahannya para pedagang selama masa pembangunan ini hanya satu tahun.
“Artinya, kalau sampai satu tahun belum selesai, ini dampaknya akan kemana-mana. Sekarang saja sudah ada pedagang pasar yang beralih profesi,” bebernya.
Hal itu, lantaran omset mereka yang terus menurun, di mana mereka sudah kehabisan modal, ditambah dengan dagangan mereka yang tidak laku.
“Akhirnya karena mereka ini sudah kehabisan belanja modal, kemudian tidak laku, sekarang ada mereka yang malah jadi ojek online (ojol),” bebernya.
Dia membenarkan jika itu sudah terjadi dibeberapa pedagang. Kemudian, muncul masalah dengan 48 pemilik ruko berstatus Sertifikat Hak Milik (SHM) tersebut.
“Ini kita khawatir penyelesaian yang direncanakan dan dioptimiskan bisa selesai dalam satu tahun bisa molor. Nah molor inilah yang kami sebut sebagai dampak sosial ekonomi,” tegasnya.
Karena, pedagang yang ada saat ini mecapai 2.800 dan ditambah 48 SHM dengan keluarganya dan karyawannya, artinya ini akan berdampak cukup signifikan.
“Ini sangat berdampak cukup signifikan bagi ekonomi masyarakat yang terlibat secara lagsung maupun tidak. Jadi kita mendukung tapi kita minta harus segera diselesaikan,” pungkasnya. (ADV/BE-S)